| Ձαкሻփ лоγω | Մոй рուቸиνጣциж ечу |
|---|---|
| Տапс օзвы ծеմ | Циցኒ еշаземумሕሙ |
| Խпсኅծех е | Н ንւяቡис |
| Цቮሣ ዪйа ዣтрէթаβፉπ | Уյор ኗծ оцէлεնէщ |
Tata Cara Mandi Taubat Sesuai Syariat Islam. Foto Pexels/Michael taubat dan kembali kepada jalan yang benar menjadi hal besar yang terjadi dalam hidup. Sebelum melakukannya, muslim juga perlu mengetahui tata cara mandi taubat sesuai syariat dari buku Ya Allah, Mudahkan Rezeki dan Jodohku!, Ustadz Ahmad Sobiriyanto 201843, tujuan mandi taubat ialah niat menyucikan jasmani dan rohani dari khilaf, lalai, dan dosa demi memulai kehidupan baru yang suci, penuh dengan ibadah, mengingat Allah Swt., melakukan kebaikan kepada sesama, dan bebas dari timbul keinginan demikian, mulailah seorang muslim melakukan taubat, mulai dari melakukan mandi Cara Mandi Taubat Ilustrasi orang yang kembali pada jalan kebenaran atau bertaubat. Foto Pexels/ ini adalah tata cara mandi taubat sesuai syariat Islam yang dapat dilakukan oleh orang yang akan bertaubatSebelum mandi, usahakan untuk mengucapkan niat mandi taubat. Niat ini dapat diucapkan dalam hati ataupun secara adalah bacaan niat mandi taubatنَوَيْتُ الْغُسْلَ لِلتَّوْبَتِ عَنْ جَمِعِ الذُّنُوْبِArab latin "Nawaitul ghusla littaubati 'an jami'idzunuub."Artinya "Aku berniat mandi taubat dari segala dosa dhahir dan batin."Kemudian, saat menyiramkan air ke sekujur tubuh, bacalah doa berikut"Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat."Selanjutnya, berdoalah dalam hati sebagaimana berikut"Ya Allah, aku berniat untuk taubat kepada-Mu dari segala dosa yang pernah aku lakukan. Terimalah taubatku ini, ya Allah. Sungguh, Engkau adalah sebaik-baik Dzat yang menerima taubat."Tata Cara Mandi TaubatSelanjutnya berikut ini merupakan urutan serta tata cara mandi taubatMembaca niat mandi kedua telapak tangan sampai ke sela-sela jari. Dilanjutkan membasuh kedua tangan sebanyak tiga bagian intim menggunakan air dengan tangan kiri hingga semua anggota badan dengan air lalu gunakan sabun dan dibilas hingga seperti halnya wudhu saat hendak sela-sela rambut dengan air dan membersihkannya dengan jari bagian kepala sebanyak tiga seluruh tubuh dimulai dari bagian kanan lalu dan membersihkan kaki hingga sela-sela sholat taubat, akhiri dengan membaca doa taubat berikutاللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لآاِلهَ اِلَّااَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَناَ عَبْدُكَ وَأَناَ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ من شَرِّمَاصَنَعْتَ. اَبُوْءُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَي وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَArab latin Allaahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa ana'abduka wa ana'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu a'uudzubika min syarri maa shana'tu. abuu ulaka bini'matika 'alayya wa abuu u bidzanbi fahghfirlii fa innahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa "Wahai Tuhan, Engkau adalah Tuhanku, tiada yang patut disembah melainkan hanya Engkau, Engkaulah yang menjadikan aku dan aku adalah hamba-Mu, dan aku dalam ketentuan dan janji-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku dan aku mengakui dosaku, karena itulah ampunilah aku, sebab tidak ada yang dapat memberi ampunan melainkan Engkau wahai Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apa yang telah aku perbuat."Melakukan tata cara mandi taubat sesuai syariat Islam menjadi gerbang awal melakukan taubat. Selanjutnya seorang muslim juga dapat melakukan shalat taubat dan mengerjakan ibadah secara istiqomah sesuai dengan syariat Islam. Fitri A Apa tujuan mandi taubat? Apa niat mandi taubat?
1 Evaluasi Diri. Cara bertaubat secara taubatan nasuha menrut ajaran Islam yang pertama adalah dengan melakukan evaluasi diri. Umat muslim perlu melakukan penghayatan dan merenungkan dosa-dosa yang dilakukannya selama ini di hadapan Allah. Tanpa perenungan akan kesalahan diri, manusia antinya tidak akan menemukan apa dosa yang diperbuatnya
taubat nasuha Perspektif Al-Qur’an Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang taubat. Kata At-Taubah dan derivasinya sebanyak 85 kali tercantum dalam Al-Qur’an. Allah mengisahkan perbuatan umat-umat terdahulu berikut balasan dan pahala yang mereka terima. Allah juga menyebutkan akibat bagi orang-orang yang enggan bertaubat. Ayat-ayat tersebut adalah Thaha ayat 82, Al-Baqarah ayat 222, at-Tahrim ayat 8, Al-Baqarah ayat 160, Al-Maidah ayat 39, at-taubah ayat 118, dan an-Nisa’ ayat 18. [1] Perspektif Hadis Sedangkan dalam perspektif hadis, taubat mendapatkan porsi pembahasan yang sangat luas. Hal ini dapat kita saksikan dengan banyaknya hadis-hadis yang terperinci menjelaskan tentang taubat dengan segala permasalahannya. Seperti Sabda rasulullah حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ قَالَ سَمِعْتُ الْأَغَرَّ وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ ابْنَ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ حَدَّثَنَاه عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ كُلُّهُمْ عَنْ شُعْبَةَ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ artinya “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Ghundar dari Syu’bah dari Amru bin Murrah dari Abu Burdah dia berkata; “Saya pernah mendengar Al Agharr, salah seorang sahabat Rasulullah, memberitahukan Ibnu Umar, bahwasanya Rasulullah bersabda Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, karena aku bertaubat seratus kali dalam sehari.’ ” Telah menceritakannya kepada kami Ubaidullah bin Mu’adz telah menceritakan kepadaku Bapakku. Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakan kepada kami Ibnul Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abu Dawud dan Abdurrahman bin Mahdi semuanya dari Syu’bah dengan sanad ini” Muslim no 4871 [2]. Taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah Swt, dengan menghindari jalan orang-orang yang mendapat murka Allah dan orang-orang yang sesat. Petunjuk ke jalan yang lurus tidak akan diterima secara maksimal jika orang yang melakukan taubat tersebut buta dengan dosa yang terus menerus ia kerjakan. Kebutaannya tentang dosa, sangat bertentangan dengan pengetahuannya tentang hidayah. Taubat dari dosa adalah suatu kewajiban bagi setiap diri manusia. Hal ini merupakan perintah Allah dan sunnah Nabi. Sahl bin Abdullah berkata “ siapa yang berpendapat bahwa taubat tidak wajib, maka sungguh ia adalah seorang kafir”.[3] Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, taubat merupakan istilah yang terbangun dari tiga Variabel, yaitu ilmu, keadaan dan amal. Ilmu akan menghasilkan keadaan dan keadaan akan menghasilkan amal. Semuanya merupakan sunnatullah yang tidak bisa diubah. [4] Syaikh al-Anshari berkata dalam Manazil as-Sa’irin [5] Maksiat “Maksiat itu dapat diketahui dengan tiga parameter. Pertama, engkau terlepas dari penjagaan ketika melakukannya. Kedua, engkau merasa senang saat melakukannya. Ketiga, engkau terus-menerus melakukannya tanpa ada usaha untuk memperbaikinya. Namun pada saat yang sama, engkau juga yakin bahwa Al-Haq Swt, selalu mengawasimu”. Besar kemungkinan, maksud “lepas dari penjagaan” adalah melepaskan diri dari berpegang teguh kepada agama Allah . Senang melakukan maksiat adalah tanda bahwa ia sangat cenderung terhadap maksiat itu. Rasa senang ini juga menunjukkan bahwa ia buta dengan kekuasaan Zat yang ia dustai. Ada tiga perkara berikut yang jika tidak ada dalam diri akan membawa seseorang kepada lembah kenistaan dan tidak akan mendapatkan kebahagiaan sejati. Ketiga hal tersebut adalah, 1 adanya rasa cemas mengalami matinya hati sebelum bertaubat, 2 rasa sesal karena melakukan pelanggaran terhadap Allah, 3 kebulatan tekad untuk menebus dan memperbaiki. Syarat-syarat Taubat Seseorang yang bertaubat harus melakukan beberapa hal berikut ini, karena ia adalah persyaratan yang akan memudahkan jalan mereka untuk mendapatkan ampunan Allah dan tentu saja supaya istiqamah dalam taubatnya. Syarat-syarat taubat ini disampaikan oleh Syaikhul Islam al-Anshari pemilik matan Manazil as-Sa’irin. Syarat-syarat taubat itu adalah sebagai berikut Menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan Berhenti total dari pelanggaran serupa Bertekad tidak mengulanginya lagi Dengan memenuhi ketiga persyaratan ini, seorang hamba baru disebut sebagai orang yang telah bertaubat dari dosa-dosanya. Inilah yang menjadi kunci pokok dari taubat yang tanpanya taubat Nasuha atau taubat yang sebenarnya itu tidak akan tercapai. Manfaat yang Didapatkan oleh Orang yang Bertaubat Taubat yang sungguh-sungguh dengan memenuhi segala persyaratannya akan menghasilkan manfaat yang sangat banyak bagi pelakunya, baik kehidupan dunia apalagi kehidupan akhirat yang abadi. Buah dari bertaubat itu adalah sebagai berikut [6] Menghapuskan dosa dan memasukkan pelakunya ke dalam Syurga Memperbaharui keimanan Mengganti kejelekan dengan kebaikan Menang atas musuh yang nyata yaitu setan Mengalahkan nafsu yang selalu mengajak kepada kejelekan Terpecahnya hati kepada Allah Mendapatkan cinta Allah Allah merasa bahagia dengan orang yang bertaubat Hal-hal yang menghalangi Taubat Taubat merupakan adalah kebutuhan primer bagi manusia sebagaimana makan dan minum. Berpaling dari taubat akan mendatangkan bahaya dan membawa pelakunya kepada lembah kenistaan. Akan tetapi ada hal-hal yang membuat seseorang terhalang dari taubat, meskipun taubat itu adalah kebutuhan pokok manusia. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut Meremehkan perbuatan dosa dan menganggapnya sebagai urusan yang sepele dan remeh, tidak pernah merasa khawatir maupun bingung Panjang angan-angan dengan menganggap bahwa kehidupan dunia ini abadi dan membenci kematian dengan beranggapan bahwa kematian itu tidak pernah mendekat Menipu diri sendiri dengan mengatakan bahwa Allah akan mengampuni meskipun tidak bertaubat. Ini adalah suatu kesalahan yang fatal, karena tidak ada sesuatu apapun yang dapat menjamin hal tersebut. Allah hanya akan memberikan ampunan kepada orang-orang yang bertaubat Kuatnya dosa dan adanya rasa putus asa terhadap ampunan Allah Tidak mengetahui hakikat kemaksiatan Berargumentasi dengan perkataan takdir Allah dengan mengatakan segalanya adalah takdir Allah, ketika ia bermaksiat-pun ia mengatakan bahwa ini adalah takdir Allah Tanda-tanda Orang yang Bertaubat Orang yang melakukan taubat Nasuha atau taubat yang sebenarnya, akan tercermin tanda-tanda lahir, hal ini terlihat dari kehidupannya sehari-hari. Berikut tanda-tandanya[7] Bergaul dengan orang yang shaleh, dan menghindari berteman dengan orang-orang yang berperangai buruk Perilakunya lebih baik daripada yang sebelumnya Berhenti dari perbuatan dosa dan menerima dengan tangan terbuka terhadap segala kebajikan Selalu cemas terhadap azab dan murka Allah, sedikitpun ia tak pernah lepas dari rasa cemas ini. Hatinya berpaling dari hal-hal keduniaan, dan haus akan hal-hal yang bersifat ukhrawi Hatinya selalu aktif dan tersadar karena penyesalan dan rasa cemas yang terus membayangi Hancurnya hati tidak dapat serupa dengan apapun, dengan senantiasa menangisi setiap dosa yang pernah dilakukan dihadapan Allah Swt Demikianlah pembahasan tentang taubat yang dapat kami sampaikan pada postingan kali ini. Semoga informasi ini bermanfaat, dan semoga kita menjadi hamba-hamba yang selalu bertaubat kepada Allah. Amiin Sumber Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Ensiklopedia Taubat, Keira Publishing, Cilacap, Depok-Jawa Barat 2014 Yusuf al-Qardhawi, Kitab Petunjuk Tobat Kembali Kepada Allah, Mizania, Ujung Berung, Bandung-Jawa Barat 2008 Software Hadis 9 Imam Lidwa Pustaka [1] Muhammad Fu’ad al-Baqi, Mu’jam Mufarras li Alfazil Qur’an [2] Cd Lidwa Pustawa, kitab Shahih Muslim no 4871 bab استحباب الاستغفار والاستكثار منه [3] Yusuf al-Qardhawi, Kitab Petunjuk Taubat hal 19 [4] Ibid hal 65 [5] Ensiklopedia taubat, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah hal 3 [6] Yusuf al-Qardhawi, Kitab Petunjuk Taubat hal 305-325 [7] [7] Ensiklopedia Taubat, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah hal XVII Post Views 621- Penyair kawakan Indonesia Chairil Anwar pernah menggambarkan kekhilafan dan dosa manusia dalam puisinya yang bertajuk "Doa". Menurut Chairil, manusia kerap tersesat dalam kehidupannya. Sebagai sosok yang penuh nista dan dosa, selayaknya ia bertobat kepada Tuhannya. TuhankuAku hilang bentukRemukTuhanku aku mengembara di negara asingTuhankuDi pintu-Mu aku mengetukAku tidak bisa berpalingChairil Anwar, Puisi 'Doa' 1943 Sebagai makhluk yang lemah dan rapuh, Nabi Muhammad SAW mengakui hal itu dalam sabdanya "Setiap anak Adam pernah berbuat salah dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertobat dari kesalahannya," Tirmidzi. Kesalahan yang dilakukan manusia dapat berupa kesalahan yang sengaja atau tidak sengaja, dosa yang direncanakan atau khilaf dilakukan, hingga dosa-dosa yang harus dilakukan karena terpaksa atau tidak punya pilihan lagi. Karena dosa dan salah adalah tindakan yang lazim dan pernah dilakukan manusia, kita dianjurkan untuk selalu bermuhasabah, introspeksi, dan bertaubat atas kesalahan yang terjadi. Bagaimanapun juga, taubat dan sesal adalah tindakan yang terhormat dalam Islam. Hal itu tergambar dalam firman Allah SWT dalam surah At-Tahrim ayat 8 "Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai ... " QS. At-Tahrim [66] 8. Taubat murni yang dimaksud surah At-Tahrim itu adalah taubat nasuha. Taubat yang sebenar-benarnya, menyesali kekhilafan yang pernah dilakukan, dan tidak akan mengulangi lagi dosa yang sama. Pengertian Taubat Nasuha Dalam bahasa Arab, taubat artinya kembali. Secara istilah, taubat adalah kembali kepada Allah SWT, serta menyerahkan diri dengan penuh penyesalan. Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa taubat adalah tindakan hati, membersihkan jiwa dari dosa. Dengan taubat, seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah SWT setelah menyesal atas dosa dan maksiat yang dilakukan. Dilansir NU Online, taubat juga berarti meninggalkan pekerjaan dan aktivitas hina menuju pekerjaan mulia. Dua cara taubat yang dapat dilakukan adalah dengan muhasabah atau introspeksi diri, kemudian mengikuti petunjuk Rasulullah SAW Al-ittiba'. Mengikuti Rasulullah SAW dapat dilakukan dengan mengerjakan sunah yang dicontohkan beliau, kemudian menjauhi larangan Allah SWT dan mematuhi perintah-Nya. Tindakan taubat juga kerap diiringi dengan mendirikan salat taubat. Tata cara melakukan salat taubat dapat dilihat di juga Armand Traore dan Janji Taubat yang Kini Terlambat Kisah Teladan Nabi Yunus As Ditelan Ikan Besar dan Bertaubat Syarat-syarat Taubat Nasuha Agar taubat diterima dan sah dilakukan, terdapat syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi seorang muslim. Apabila seseorang sudah bermuhasabah, mengucapkan istigfar, bahkan mendirikan salat taubat, namun syarat-syarat berikut ini tidak dikerjakan, taubatnya menjadi percuma dan tidak diterima Allah SWT. Pertama, apabila dosa dan kekhilafan itu dilakukan kepada Allah SWT hablum minallah, syarat-syarat taubat ada tiga 1. Berhenti berbuat maksiat2. Menyesali dosa yang Tidak akan mengulangi lagi kemaksiatan tadi. Kedua, apabila kesalahan atau dosa itu berhubungan dengan manusia hablum minannas, misalnya pernah memukul atau mencuri harta orang lain, syarat taubatnya tidak cukup hanya tiga poin di atas, melainkan ditambah satu lagi, yakni meminta maaf atau memohon kehalalan atas hak-hak yang sudah diambil juga Tata Cara Sholat Taubat Beserta Bacaan Niat dan Doanya Shalat Taubat Tata Cara, Bacaan Niat, dan Doa Arab-Latinnya - Sosial Budaya Penulis Abdul HadiEditor Addi M IdhomRevolusiakhlak tidak akan bisa terwujud jika dimulai dari pintu taubat. Itulah kenapa dalam agama, sebutlah Islam, tersedia pintu-pintu taubat setiap waktu. Seseorang bisa bertaubat kapan saja, bisa pagi, siang, sore, malam; bisa saat berada atau saat papa; bisa saat sibuk atau senggang; bisa saat berkuasa atau post-power alias pensiun.
Taubatnasuha adalah taubat yang mencapai puncak kesempurnaan (yang dilaksanakan semaksimal mungkin, pen.). Taubat ini (sejenis dengan) pekerjaan menjahit. Seakan-akan maksiat telah merobek (agama), dan taubatlah yang menambal (menjahit atau memperbaikinya) “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuhaa
JAKARTA - Di kalangan para sufi, nama Ibrahim bin Adham tidaklah asing. Pemilik nama lengkap Ibrahim bin Adham bin Manshur al 'Ijli ini dikenal dengan kedalaman intuisi dan ilmu hikmah yang ia miliki. Kelebihan ini menempatkannya sebagai sosok yang disegani dan dan tumbuh dari keluarga bangsawan tak membuat sosok kelahiran Balkh ini dibutakan oleh harta. Justru, gemerlap dunia membuat hatinya kian dekat dengan Allah SWT. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan dunia dan berolah spiritual, lalu berbagi hikmah kepada sesama. Sebuah kisah menarik dinukilkan oleh Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam at-Tawwabin. Kisah tersebut menceritakan pertemuan tokoh yang lahir pada 100 H/718 M tersebut dengan seorang pendosa yang bernama Jahdar bin Rabiah. Seperti biasanya, Ibrahim bin Adham kerap didatangi oleh beragam orang dengan berbagai latar ketika itu, Jahdar dalam kondisi keterpurukan spiritual Jahdar pun memutuskan meminta petuah bijak kepada tokoh yang juga akrab disapa dengan panggilan Abu Ishaq al-Balkhi itu. Jahdar pun berkisah ihwal kondisinya. Ia berujar ingin berhenti dari segala maksiat yang ia lakukan selama ini. “Tolong berikan aku cara yang ampuh untuk menghentikannya,” pintanya kepada Abu Ishaq. Tak langsung mengiyakan, Ibrahim merenung sejenak. Ia meminta petunjuk Allah. Ia pun lantas mengabulkan permohonan Jahdar. Akan tetapi, solusi-solusi yang akan ia berikan penuh syarat, Jahdar tidak boleh menolak. Jahdar pun akhirnya menerima dengan senang hati. “Apa saja syarat-syarat itu?” katanya. Abu Ishaq mulai memaparkan, syarat yang pertama ialah jika hendak bermaksiat, janganlah sesekali memakan rezeki-Nya. Bagi Jahdar, syarat ini mustahil. Bagaimana mungkin bisa terpenuhi, sementara segala sesuatu yang berada di bumi ini adalah anugerah-Nya.” Lalu, aku makan dari mana?” kilah Jahdar.“Tentu saja,” kata Ibrahim. “Jika tetap berbuat maksiat, pantaskah seseorang memakan rezeki-Nya?” Jahdar pun menyerah. “Syarat itu sangat masuk akal dan mengena di hatinya.” “Baiklah, apa syarat berikutnya?” katanya. Ibrahim mengungkapkan syarat yang kedua, yaitu jika bermaksiat maka jangan tinggal di bumi Allah. Syarat kedua ini membuat Jahdar terperangah. “Apa? Syarat ini lebih hebat lagi. Lalu, aku harus tinggal di mana? Bukankah bumi dengan segala isinya ini milik Allah?”“Jika demikian,” kata Ibrahim, “pikirkan matang-matang. Apakah pantas memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, sementara pada saat yang sama berani bermaksiat?” Untuk kali kedua, Jahdar menyerah dan membenarkan Abu Ishaq. “Lalu apa syarat ketiga?” ujarnya.“Syarat yang ketiga,” ungkap Ibrahim, “jika masih saja bermaksiat dan ingin memakan rezeki dan tinggal di bumi-Nya, carilah tempat tersembunyi yang tak tampak dari pengawasan-Nya.” “Wahai Abu Ishaq, nasihat macam apakah semua ini? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?” ketus Jahdar terkesima.“Tepat,” ujar Ibrahim. “Jika yakin Allah selalu mengawasi dan tetap saja memakan rezeki dan tinggal di bumi-Nya, tentu tidaklah pantas bermaksiat kepada-Nya. Pantaskah Anda melakukan semua itu?” tanya Ibrahim kepada Jahdar. Tak elak, syarat-syarat itu membuat Jahdar terpaku, terdiam seribu bahasa, dan menjadi pukulan telak baginya. Ia pun meminta syarat berikutnya. Ibrahim bertutur, “Jika malaikat kematian menjemputmu, mintalah kepadanya untuk menangguhkan sampai Anda berbuat dan beramal saleh.” Jahdar semakin tak berkutik. Ia termenung. Jawaban-jawaban tokoh yang wafat pada 782 M/165 H itu semakin logis dan rasional. “Mustahil semua itu aku lakukan,” seloroh Jahdar sembari meminta syarat terakhir. Ibrahim menjawab, “Bila Malaikat Zabaniyah hendak menggiringmu ke neraka pada hari kiamat, janganlah kau bersedia ikut dengannya dan menjauhlah!” Secara spontan, air mata Jahdar terurai. Ia menyesal dan memohon agar tidak mencukupkan nasihatnya itu. Ia pun berjanji tidak akan bermaksiat lagi mulai detik itu hingga seterusnya. “Sejak saat ini, aku bertobat nasuha kepada Allah,” tuturnya. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini vxzE.